Jumat, 15 Agustus 2008

surat untuk ibuku

surat untuk ibuku
Selangit seakan tak biru lagi,awan tak menghampar sepi,deribu malam aku jalani,tanpa hangatnya kasihmu di hati,tanpa adanya dirimu disisi.
Ibu,sungguh sangat cintaku padamu,laksana cinta ikan pada lautan,tak dapat terpisahkan walau daratan menghalang,walau mentari menyerang tuk dapat kerigkan lautan,karna ikan takkan pernah hidup tanpa lautan,niscaya cintakupun begitu ibu,takkan pernah gersang sekalipun mentari ku telan,sekalipun api ku hirup,dan gurun pasir ku makan.
Wahai ibuku,betapa besar rinduku padamu,laksanq sang malam merindukan siang,seperti durjana merindukan petunjuk,dan musafir padang pasir(gurun)merindukan oase yang entah kapan oase ia kan temukan.
Ibu,betapa durhakanya aku,jika tak kutemukan senyum ridhomu setelah lamanya aku di assalaam,Ibu, betapa durhakanya aku,jika kutemukan pelupuk matamu tergenang tangis kesedihan karnaku,Ibu,betapa durhakanya aku,jika sampai kutemukan penyesalan dalam elisan dadamu.Namun,ibu,betapa kasih tulusmu,terlapang luas untukku walau segunung kesalahanku bersemayam di hatimu.
sungguh penderitaanmu rasa sakitmu,serta kasih sayangmu yang tak berujung itu takkan sanggup kubayarkan walau sampai gunung uhud ku jadikan emas,walau dengan nyawaku sekalipun.Ibu,jika hujan layaknya aku,maka kaulah hujan atas tangisan rinduku,ibu, jika petir layaknya aku,maka kaulah
jeritan parau petir itu,ibuku,siapapun engkau,betapapun engkau,aku kan slalu menyayangimu sampai tak seorangpun menandingi rasa sayangku padamu.



your faithfully daugther


khamidah

Tidak ada komentar: