Senin, 09 Agustus 2010

SAAt SeParuh hatiku MeNangIS

SAAt SeParuh hatiku MeNangIS

Allah saat setengah hatiku menangis, mungkin banyak hal yang terjadi pada diri ini, mungkin sebentuk sisi hati ini ada yang berkata bahwa ia tidak senang dengan apa yang aku putuskan, namun sebagian lain dari hatiku senantiasa berkata” tidakkah engkau malu wahai teman senyawaku pada apa yang kau rasakan!apa hanya karena yang lain tidak bekerja lantas engkaupun ingin dihargai, ingin diberi apresiasi, ingin di akui oleh semua orang kalau engkau itu sudah berharga! Tidakkah engkau bercermin pada rasulullah yang ikhlas mewakafkan dirinya untuk agama Allah” lantas separuh hatiku menangis lebih keras, lebih keras , dan lebih keras lagi dari sebelumnya. Aku amat mengenali hatiku, apalagi yang setengahnya, mungkin disisi lain ia amat terpukul karena sebagai hati ia begitu tersakiti saat semuanya bersikap egois, bukannya ia gila hormat atau di akui kalau sesungguhnya ia telah berperan, namun ia hanya hati biasa yang merasa sakit, hati yang terluka akibat pemilik hati lain dengan semena-mena mempermainkannya.

Kala itu, sebagian hati lainpun kembali angkat berbicara” sahabat jadilah seperti jantung yang tidak terlihat, Namun tetap berdenyut setiap saat dengan ikhlas dan membuat tubuh tetap sehat” mugkin kedudukan kita sebagai hati adalah lebih mulia daripada jantung, karena semua perbuatan manusia berawal dari niat, dan tempatnya niat adalah didalam hati. Kata sebagian hati lain yang menambahkan. begitu mulianya tugas jantung ,sampai-sampai ia tak pernah beristirahat saat organ2 lain mendapat kan jatahnya untuk beristirahat. Iya akan tetap setia pada penciptanya untuk tetap bekerja pada peminjamnya , walaupun aku pernah mendengar teman kita si jantung itu pernah menangis karena ia tahu peminjamnya pernah membangkang pada penciptanya, lantas ia berdoa dan mengadu pada penciptanya kalau ia akan segera memberi perhitungan dengan peminjamnya itu, ia akan berhenti berdenyut hanya dalam waktu 1 menit saja, hanya 1 menit saja. Namun apa kata penciptanya “ wahai jantung mengabdilah hanya padaKU, jangan pernah kau langgar perintahKU, atau engkau adalah sama saja bahkan lebih buruk daripada penyewamu” dan jantung yang ikhlas, jantung yang patuhpun takut mendengar peringatan penciptaNYA, akhirnya iapun rela terus berdetak pada seorang yang amat berdosa pada perintah penciptanya.

Sebagian hati yang menangis itupun terdiam khusyuk sejenak setelah mendengar cerita sahabat sehatinya itu, sekilas wajahnya kembali memerah sesegar hati yang tegar. Dalam DNA nya yang terpendam dalam inti selnya itu ia berjanji kalau harga mati sebuah keikhlasan akan senantiasa ia pegang erat meski kiamat sekalipun, layaknya jantung yang ikhlas.

Tidak ada komentar: