Minggu, 15 Agustus 2010

surat untuk ibuku 2

Ibu, saat aku menuliskan kisah ini, aku berharap engkau sedang berbahagia disana. Ibu, saat aku menorehkana sejarahmu dengan tinta keriduan yang tak kunjung habis , aku berharap engkau akan membacanya dengan air mata kasih sayangmu yang sarat makna ketulusan dan juga kerinduan kepada anaknya.

Ibu, tahukah engkau bahwasannya tiap tetes air mata doaku ini mengandung kenangan akan dirimu, ucapan halusmu saat menasehatiku, belaian lembut tanganmu saat mengelus kepalaku. Kakimu yang semakin Nampak otot-ototnya karena engkau tak ada lelahnya membantu ayah, rambutmu yang semakin memutih kala suratan usia menemuimu, kulitmu yang sekarang Nampak berkerut, sorotan matamu yang semakin memudar namun engkau selalu mengenaliku bahkan dari jarak yang jauh sekalipun.

Ibu,,,butuh waktu lama untuk kembali meneruskan surat ini padamu, karena setiap kali tanganku hendak menulis, rasanya bulir-bulir air mataku kemabali jatuh dan membasahi pipiku, sehingga seringkali mataku kabur melihatnya.

Ibu …lihatlah anakmu disini, saat hampir semuanya dapat kuraih. Rasanya aku pun semakin sepi, apalagi saat pemberian penghargaanpun tiba, dimana semua orang tersenyum bahagia kala berfoto bersama orang-orang terkasihnya. Mencium tangan ibunya. Aku hanya dapat mengulum senyum hambar, sampai sang mentari berpamitan padaku dan ia seolah berkata” jangan bersedih sayang, ibumu pasti bahagia dengan kabarmu ini”

Ibu…mala mini langit begitu bersih dari bintang-bintang,hingga warna gelapnya tak memberiku ruang untuk menikmati hangatnya cahaya bintang-bintang dan rembulan. Malam ini begitu tampak berbeda dengan saat tubuh ini lepas dari eratnya pelukanmu, masih terekam jelas di syaraf-syaraf otakku, saat malam itu bintang gemintang begitu sempurna menghiasi malam. Kala itu dapat ku gambarkan sebuah rasi bintang membentuk wajahmu yang tersenyum indah dan bersinar. Di belahan langit yang lain dapat kupandang rembulan di bawah satu bintang, mereka itu memang selalu berpasangan ya bu, seperti ayah dan ibu yang di takdirkan Allah untuk menjadi pasangan yang sakinah, mawaddah, warahmah. Maka doakan aku juga sama sepertimu ibu.

seperti suratku yang sebelumnya, pertama kali yang ingin aku ucapkan padamu adalah maafkan aku ibu, maafkan aku, karena sebagai anak yang terakhir , aku tidak dapat mengusir rasa sepimu kala engkau merindukan aku. Bahkan saat hari kebersamaan itu yang sebentar lagi tiba. Aku masih harus berjuang agar nantinya engkau bisa tersenyum.

Tidak ada komentar: